Logical Fallacy, Sesat Pikir yang Membawa Kerusakan

Albert Einstein pernah mengatakan bahwa akal sehat adalah kumpulan prasangka yang diperoleh hingga usia 18 tahun. Akal ini mengandung apa yang disebut kesalahan logika bodoh yang tertanam dalam otak manusia dari generasi ke generasi.

Kesalahan inilah yang disebut sebagai logical fallacy atau sesat pikir. Sesat pikir adalah kesalahan argumen atau retorika yang menyebabkan validitasnya diragukan atau bahkan salah besar. Pola berpikir yang salah inilah yang membawa kerusakan pada masyarakat dan dunia.

#1. Historian’s Falacy

Pernah mengetahui bahwa remaja yang menyukai balapan liar. Mengendarai motor dengan kecepatan tinggi di jalan raya, menggunakan perangkat keamanan yang minim, kondisi jalan yang tidak bisa diprediksi, itulah balap liar.

Balap liar sedang berlangsung. (c) TribunNews.

Balap liar sedang berlangsung. (c) TribunNews.

Pembalap liar di kalangannya disebut sebagai pemberani dan keren. Tetapi kemudian yang mereka ingat hanyalah terbangun di rumah sakit akibat kecelakaan. Itupun kalo bangun, tidak langsung ke akhirat. Kita beri selamat kepada mereka yang tertipu dengan cara berpikir mereka. 🙂

Mereka yang melakukan balap liar bukan tidak pernah mendengar kasus kecelakaan karena balap liar. Mereka juga bukan tidak tahu bahwa resiko kegiatan itu adalah kematian. Tetapi mayoritas mereka berpikir bahwa kesalahan yang sama tidak akan dilakukan. Padahal jika situasi yang dihadapi adalah sama, kemungkinannya adalah sama.

George Santayana pada tahun 1905 pernah mengatakan, “mereka yang tidak mengingat masa lalu, memiliki kecenderungan mengulanginya”. Dan ternyata itu benar, selama 100 tahun lebih mereka melupakan kata-kata Santayana ini dan terus saja mengulangi kesalahan yang sama yang sudah dilakukan oleh orang lain.

#2. Appeal to Probability

Otak kita sangat bodoh jika mengkalkulasi probabilitas dan kemungkinan. Maka dari itu pada akhirnya membuat otak menyederhanakan permasalahan dengan menggunakan ide semu bahwa “jika sesuatu bisa terjadi, pasti akan terjadi.” Kita berpikir seperti itu tanpa mengetahui apa sebenarnya arti dari probabilitas itu.

Probabilitas adalah kejadian antara pasti dan tidak mungkin.

Probabilitas adalah kejadian antara pasti dan tidak mungkin.

Probabilitas adalah suatu keadaan antara terjadi dan tidak terjadi. Misalnya kemungkinan untuk seorang sarjana Teknik Informatika mendapatkan pekerjaan adalah sebuah probabilitas. Namun banyak lulusan SMU yang berbondong-bondong masuk ke jurusan tersebut, padahal lapangan pekerjaannya juga tidak banyak.

Lihat juga bagaimana reaksi masyarakat saat mendengar berita bahwa asteroid MUNGKIN menabrak bumi dalam 10 juta tahun lagi. Semua orang langsung saja melongok ke langit, mencari-cari asteroid, siapa tahu ada yang jatuh. Padahal itu baru MUNGKIN terjadi dan jika terjadi, itu 10 juta tahun lagi dimana tak ada satupun dari kita yang menyaksikan itu terjadi.

Contoh lainnya adalah judi. Seringkali orang berpikir, “tidak ada salahnya dicoba karena pasti akan ada pemenang dan itu bisa saja saya”. Karena kesalahan logika inilah judi tumbuh subur di masyarakat. Ini adalah cara yang paling cerdik untuk membuat orang memberikan uang mereka. Setiap kali anda membeli kupon togel, mengikuti undian berhadiah atau mendaftar sebagai anggota MLM, maka anda masuk dalam jebakan logika sesat ini.

#3. Regression Falacy

Manusia secara umum memang diprogram untuk melihat suatu pola. Melihat hubungan diantara beberapa stimulus adalah bagian dari bagaimana orang menjalani hidup di lingkungan yang komplek. Pada masa lalu, ini membuat kita dapat menemukan makanan dengan berburu dan meramu. Pada masa kini, ini dapat membantu kita menghadapi orang, menyimpan informasi dalam jumlah besar dan memprediksi kemungkinan.

Kalo bawa jimat yang ini pasti bisa beli barang. :)

Kalo bawa jimat yang ini pasti bisa beli barang. 🙂

Namun jika terjadi kesalahan dalam mengenali pola, maka akan terjadi keanehan, utamanya dalam bentuk takhayul. Sebagai contoh, anda adalah seorang tenaga marketing yang setiap mengenakan baju merah, anda tidak menjual satupun produk. Sedangkan saat anda menggunakan baju warna lainnya, anda bisa mendapatkan pelanggan. Lalu anda menyimpulkan bahwa warna merah adalah warna sial anda. Itulah contoh regression fallacy.

Tiga kesalahan logika diatas dapat dijadikan bahan renungan. Siapa tahu diantara kita juga melakukan hal yang sama. Hanya Lewat pun di masa lalu juga pernah melakukan hal yang serupa. Bagaimana menurut pendapat anda?

Note: tulisan diatas adalah gabungan antara pengetahun akademik dan pengamatan lingkungan, semua sumber dapat ditemukan dengan mengetikkan nama kesalahan di Google.

Artikel ini diterbitkan pada

Seorang yang percaya hari akhir dan mencari Tuhan melalui ilmu pengetahuan. Mengerti PHP, Wordpress dan Linux. Namun masih saja menggunakan Windows 10 sebagai sistem operasi utama. Mau tanya apa saja atau bahkan curhat sama penulis ini, hubungi saja melalui formulir kontak disini. Pasti dibalas, kok!

Kirim pendapat

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.