Harga minyak bumi yang semakin meroket 10 tahun terakhir telah membuat para ilmuwan berpaling pada sumber energi alternatif, salah satunya tenaga surya. Mari kita berkenalan dengan Perovskite, material eksperimen paling efisien untuk membuat sel surya.
Saat ini memang panel surya sudah lebih murah daripada sebelumnya. Di beberapa negara maju, pemerintah memberikan subsidi untuk produk-produk tersebut. Selain itu sudah banyak produsennya, sehingga hukum pasar pun berlaku. Meskipun sudah cukup murah, namun tidak bisa menenggelamkan popularitas sumber energi tradisional seperti minyak bumi dan batubara.
Perovskites adalah kristal buatan manusia yang ditujukan sebagai bahan dari photovoltaics. Perovskites dikembangkan di laboratorium selama lima tahun terakhir dengan efisiensi yang luar biasa. Pada awalnya hanya 3,8 persen menjadi 20 persen. Dibandingkan dengan silicon photovoltaics yang membutuhkan waktu tiga dekade untuk meningkatkan efisiensinya, tentu Perovskites lebih baik.
Saat ini Perovskites merupakan material photovoltaics yang paling efisien, paling murah dan paling mudah diproduksi. Tentu ini dapat menurunkan rasio biaya per watt dari listrik yang diproduksi dengan panel surya yang menggunakan Perovskites. Bahkan beberapa prototipe dari sel surya ada yang tembus pandang, sehingga bisa digunakan sebagai jendela. Meskipun perovskites menjanjikan, tetap ada tantangan yang harus dilalui oleh para peneliti.
Versi perovskites paling efisien mengandung timbal yang cukup banyak. Tentu ini menyalahi beberapa aturan hukum di banyak negara dimana penggunaan timbal pada peralatan apapun sangat dilarang atau dibatasi. Tetapi para peneliti tidak patah arang, mereka mencoba mengganti timbal dengan timah. Saat ini perovskites versi timah baru memiliki efisiensi enam persen, namun secara teoritis tidak ada alasan untuk tidak sebaik perovskites dengan timbal.
Struktur kristal pada perovskites bisa terpecah jika dalam keadaan basah. Kualitas yang membuat perovskites efisien bisa jadi membuatnya tidak stabil. Begitu menurut Brian Hardin, ilmuwan material dari Plant PV. Meskipun begitu ada solusi yang bisa diambil, yakni dengan membuat tiap sel surya yang ada menjadi anti air, tetapi tentu saja menaikkan biaya pembuatannya.
Bisa dikatakan bahwa perovskites adalah material sel surya jenis baru. Belum ada yang melakukan tes terhadap ketahanan dari material ini terhadap cahaya matahari dan panas. Jika material ini rusak lebih cepat dari silicon, maka penghematan yang dikampanyekan akan menjadi sesuatu yang tidak berguna. Para peneliti saat ini masih menyakini bahwa penggunaan pada temperatur normal tidak akan merusak dan menyebabkan masalah pada perovskites.
Hingga saat ini, para ilmuwan dan peneliti terus bekerja untuk menangani ketiga masalah diatas. Tantangan yang ada pada tenaga surya tentu saja tidak hanya photovoltaics saja, tetapi juga baterai. Tetapi baterai juga semakin berkembang saat ini. Daya simpannya juga semakin besar daripada sebelumnya dengan harga yang lebih murah. Semoga dalam sepuluh tahun kedepan kita bisa menikmati energi yang bersih langsung dari seumber energi utama, yakni matahari.
Sumber: Can This Mineral Power The Planet? – PopSci
Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.
Anda harus masuk untuk berpendapat.