Kata-kata pelecehan seksual memang sedang marak digunakan akhir-akhir ini. Hal ini tidak lain karena peran media dalam memberitakan secara terus menerus kasus yang menimpa murid TK Jakarta International School (JIS).
Artikel ini tidak akan membahas mengenai pelecehan seksual di JIS. Biarlah itu menjadi ranah orang yang lebih berkompeten dan berwajib melakukannya. Disini saya hanya ingin membahas tentang pelecehan seksual secara online. Ternyata pelecehan seksual online tidak sepenuhnya dipahami oleh seorang wanita sebagai sebuah hal yang serius. Setidaknya begitulah hasil survey kecil-kecilan yang saya lakukan via facebook.
Saya melakukan survey kepada kurang lebih 20 cewek via facebook, pada rentang usia 18-27 tahun. Seluruh responden adalah mereka yang pernah menerima kiriman gambar atau video porno lewat pesan pribadi facebook. Hasilnya, hampir seluruhnya tidak menganggap bahwa hal itu merugikan diri mereka. Meskipun mereka mengaku bahwa itu menganggu, mereka sama sekali tidak memiliki niat untuk melanjutkan kasus tersebut ke jalur hukum. Mereka lebih memilih mengabaikan hal itu sembari memblokir pengirimnya dari akun mereka.
Dari 20 orang cewek yang saya wawancarai, 18 diantaranya mengakui bahwa pengirim gambar porno itu bukanlah orang yang mereka kenal di dunia nyata. Tentu ini mengundang pertanyaan, bagaimana orang yang tidak dikenal sama sekali bisa menjadi teman di facebook. Tetapi pada akhirnya saya menyadari bahwa menambahkan teman secara sembarangan di facebook adalah praktek umum yang dilakukan oleh pengguna facebook kita. Padahal ini cukup berbahaya, bisa jadi salah satu yang ditambahkan sebagai teman itu adalah predator seksual.
Sebenarnya pelecehan seksual secara online bukanlah hal yang ringan. Baik online maupun offline, tetaplah sebuah pelanggaran terhadap norma dan hukum positif yang berlaku. Meskipun dampak pelecehan seksual secara online belum dikaji secara mendalam, namun saya meyakini dampak negatif bagi korban. Memang tidak sebesar tindak pelecehan seksual di dunia nyata, namun sebuah usaha untuk merusak mental generasi muda telah dilakukan dan itu tidak dapat kita diamkan.
Untuk mengatasi hal ini, ada baiknya orang tua membuka diri kepada anak-anaknya. Saya rasa solusi untuk menyikapi pelecehan seksual online ini sama seperti pada pelecehan seksual di dunia nyata. Orang tua harus memonitor pertemanan anak-anak. Bagi mereka yang sudah cukup umur, ada baiknya tidak mudah berteman dengan orang yang tak dikenal di facebook. Tegur keras mereka jika melakukan hal-hal yang diluar norma.
Jangan lupa untuk membuat screenshot sebagai barang bukti, jika suatu saat kasus itu dilanjutkan ke ranah hukum. Sudah banyak lembaga-lembaga yang akan memberikan advokasi untuk pelaporan kasus semacam ini. Dan yang terpenting, beri tahu teman-teman terdekat anda jika ada satu akun facebook yang melakukan pelecehan seksual lewat pesan pribadi.
Ingatlah, ketika anda dilecehkan, itu salah mereka, bukan salah anda. Oleh karena itu jangan malu memberitahu yang lainnya. Setidaknya, anda mencegah korban berikutnya. Setidaknya, begitulah pendapat saya tentang pelecehan seksual secara online. Bagaimana pendapat anda?
Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.
Anda harus masuk untuk berpendapat.