Penyelenggara ChinaJoy Expo 2015 di Shanghai, Tiongkok akan menerapkan denda bagi wanita yang memperlihatkan belahan dada lebih dari dua sentimeter.
Seperti yang dilansir oleh CNN Edition, peraturan ini berlaku menyusul insiden yang terjadi di Shanghai Auto Show tahun 2014 lalu. Shanghai Auto Show 2015 pada memberlakukan pelarangan adanya “car babes” di pameran otomotif terbesar di Tiongkok tersebut. ChinaJoy Expo sendiri merupakan kompetisi cosplay tahunan terbesar di Tiongkok. Partisipan, baik individual atau tim berdandan layaknya tokoh dalam komik atau anime.
Denda yang diberlakukan kali ini cukup besar. Bagi wanita yang mengekspos belahan dada lebih dari dua sentimeter, maka akan dikenakan denda sebesar 5000 RMB atau sekitar 10 juta rupiah. Para pria pun tidak luput dari ancaman denda jika mereka memakai celana yang terlalu pendek atau mengekspos celana dalam. Selain itu bagi model -baik pria maupun wanita- menari di sekitar tiang atau dalam kandang -semacam erotic dancing– maka akan dikenakan denda sebesar 10.000 RMB atau sekitar 20 juta rupiah.
Sejak tahun lalu, telah terjadi beberapa kali insiden yang melibatkan belahan dada. Ada dua yang terbesar sehingga menghebohkan media setempat. Pertama adalah pada Shanghai Auto Show 2014, dimana seorang model melakukan pose vulgar diatas kap mobil. Model yang biasa disebut “car babes” ini melakukan gerakan-gerakan sensual untuk menarik massa menuju booth mereka.
Yang kedua adalah ketika pemerintah Tiongkok melarang penayangan “The Empress of China”, sebuah tayangan berbau sejarah tentang kaisar wanita Tiongkok. Tayangan tersebut mengekspos belahan dada yang cukup masif, menyangkut budaya berpakaian wanita Tiongkok pada masa pemerintahan kaisar wanita satu-satunya. Pada masa itu, menunjukkan belahan dada adalah sebuah tuntutan fashion dan baik secara estetika.
Sekedar pengetahuan, Tiongkok melarang belahan dada ditampilkan ke publik karena permasalahan ideologi dan budaya, bukan agama. Tiongkok mengakui agama, namun tidak mendasarkan keputusan apapun berdasarkan agama. Moral hidup dari ajaran Confusius lebih mendominasi daripada agama apapun. Jadi jangan salah mengartikan, apapun keputusan instansi, organisasi atau individu di Tiongkok.
Meskipun begitu, saya mengapresiasi apa yang telah dilakukan oleh Tiongkok dalam hal masalah vulgaritas. Pertengahan Oktober tahun lalu, presiden Xi Jin Ping mengumpulkan para artis untuk diberikan pengarahan. Ia mengatakan bahwa menjadi terkenal melalui tindakan mempertontonkan anggota tubuh secara vulgar adalah hal yang memalukan. Seperti diketahui bahwa Tiongkok saat ini mengalami “cultural war”, dimana pemerintahnya berusaha membentengi pengaruh budaya barat yang mengusung vulgarisme untuk mendapatkan keuntungan.
Langkah Tiongkok seperti ini patut kita tiru karena untuk kebaikan kita saat ini dan generasi selanjutnya. Generasi yang secara konstan terpapar dengan vulgarisme, pornografi dan kekerasan akan menghancurkan peradaban. Apakah kita perlu membuktikan teori tersebut? Saya rasa tidak karena sudah banyak terjadi pada bangsa sebelum kita. Jadi, katakan tidak pada vulgarisme, pornografi dan kekerasan. Dimulai dari diri kita sendiri, saat ini.
Dibawah ini adalah pendapat yang dikirimkan pembaca atas artikel ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara bebas, anda boleh menulis apa saja asal mampu mempertanggungjawabkannya. Kami menerima kritik dan saran namun tidak menerima caci maki. Hidup cuma sekali, jangan sia-siakan hanya untuk menyakiti hati orang lain.
Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.
Anda harus masuk untuk berpendapat.
Kalau disini mas? Hehehe
ngekek wkkwkwkw