Linux merupakan salah satu sistem operasi yang cukup banyak digunakan di seluruh dunia. Sistem operasi yang dibuat pertama kali oleh Linus Torvalds atas dasar iseng tersebut saat ini telah menjelma menjadi suatu sistem operasi yang besar dan lengkap yang disebut sebagai distro Linux.
Distro adalah pengembangan Linux menjadi sistem operasi lengkap yang memiliki jalur sendiri-sendiri. Distro Linux merupakan sebuah “racikan” Linux disertai aplikasi yang ditujukan untuk kalangan tertentu. Semua orang bisa dan boleh untuk membuat distro Linux-nya sendiri.
Mayoritas distro Linux itu ukurannya besar dan sumber daya yang dibutuhkan tinggi, tentu tidak cocok diinstall pada komputer lama. Bayangkan saja apa yang terjadi jika Windows 7 dipasangkan ke dalam komputer Pentium III. Oleh karena itulah ada beberapa orang yang membuat distro Linux minimalis. Tujuannya adalah memperkecil ukuran dan kebutuhan sumber dayanya namun tidak meninggalkan fungsinya.
Saya sudah pernah membahas distro ini dalam postingan Tiny Core Linux beberapa tahun lalu. Saat itu memang postingan saya hanya sebatas terjemahan dari HowToGeek, namun kali ini saya mencobanya langsung. Tiny Core Linux memiliki basis murni kernel dan core Linux yang disebut dengan MicroCore. MicroCore ini adalah pondasi dari semua desktop, server dan sejenisnya.
Ukurannya hanya 12 MB, meskipun ada pilihan untuk ukuran yang lebih besar dengan menyertakan beberapa aplikasi tambahan. Core Linux sangat cocok untuk anda yang ingin mengoptimalkan komputer lama anda. Saya sudah mencobanya pada VirtualBox dengan konfigurasi RAM 128 MB dan berjalan sangat normal. Booting hanya memerlukan waktu kira-kira 10 detik saja. Saat ini Tiny Core Linux sampai pada versi 4.7 yang dapat anda download secara gratis. [ Website | Download ]
Damn Small Linux (DSL) adalah distro minimalis yang berbasis Debian. Distro ini pada awalnya dikembangkan sebagai eksperimen untuk melihat seberapa banyak aplikasi bermanfaat yang bisa dimasukkan dalam satu mini CD berukuran 50 MB.
Awalnya ini adalah mainan personal, namun seiring waktu distro ini banyak digemari dan beberapa orang bergabung untuk ikut mengembangkannya. DSL merupakan distro berbasis desktop yang hampir lengkap. Mulai dari browsing, office, multimedia dan tools pengembangan ada semua disini. Distro ini dapat pula diinstall di harddisk namun akan menjadi distro Debian.
Saya sudah mencoba distro ini dengan VirtualBox dengan konfigurasi RAM 128 MB dan berjalan lancar. Jika RAM komputer anda > 128 MB, distro ini akan dijalankan 100% dari RAM. Tentu saja ini akan membuatnya lebih cepat, mengingat kecepatan transfer data RAM berkali lipat lebih tinggi daripada harddisk atau DVD drive. Saat ini Damn Small Linux sudah memasuki versi 4.4.10 dan dapat anda download secara gratis. [ Website | Download ]
Untuk yang lebih besar lagi, ada Puppy Linux. Nama aslinya memang Puppy Linux. Tambahan nama di depan merupakan identitas dari distro yang mereka gunakan sebagai dasar. Pada awalnya distro ini menggunakan Ubuntu sebagai basisnya (dengan nama depan Warry, Precise & Lucid), tetapi versi terbaru yakni 5.5 menggunakan Slackware.
Puppy Linux lebih lengkap daripada dua distro diatas, ukurannya pun bisa dibilang tidak kecil, namun masih terjangkau untuk ukuran saat ini. Distro ini lebih berfokus untuk menyederhanakan distro besar supaya orang hanya menginstall apa yang dibutuhkan saja. Untuk Puppy Linux versi terbaru, setidaknya dibutuhkan komputer yang sama bagusnya dengan yang dibutuhkan distro besar.
Saya mencobanya menggunakan VirtualBox dengan setting RAM 128 MB dan tidak bisa berjalan dengan mulus. Ternyata minimalis disini merujuk pada ukurannya yang hanya 166 MB. Ukuran ini tentu sangat kecil dibanding kapasitas flashdisk atau DVD saat ini, bukan? [ Website | Download ]
Setelah saya mencoba satu persatu, saya justru tidak bisa menyimpulkan mana yang terbaik. Tiny Core, cepat namun terlalu minimalis. Damn Small Linux cukup cepat namun berbasis Debian yang sedikit membingungkan. Puppy Linux memang sangat bagus namun membutuhkan sumber daya yang lebih besar.
Akhirnya saya menyimpulkan bahwa distro terbaik adalah distro yang sesuai dengan apa yang anda butuhkan. Anda bisa mencobanya sendiri untuk menentukan mana yang sesuai dengan kebutuhan anda. Lagipula ketiga distro diatas tidaklah terlalu besar untuk diunduh sekarang ini. Jika anda punya pertanyaan, silahkan saja dituangkan dalam kotak tanggapan dibawah ini. 🙂
Artikel ini merupakan pindahan dari blog lama yang telah mati: i2harmony.info
Dibawah ini adalah pendapat yang dikirimkan pembaca atas artikel ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara bebas, anda boleh menulis apa saja asal mampu mempertanggungjawabkannya. Kami menerima kritik dan saran namun tidak menerima caci maki. Hidup cuma sekali, jangan sia-siakan hanya untuk menyakiti hati orang lain.
Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.
Anda harus masuk untuk berpendapat.
Banyak pilihan,tinggal kita memilih sesuai kebutuhan yak ..
Betul sekali, masbro…
Selain itu yang gede-gede juga banyak. Dan yang pasti halal semua. 🙂
Selamat malem mas. Mau sharing ah selama pake linux. Saya baru pake precise puppy terbaru selama 2 bln terakhir ini secara 100%. Ternyata lebih mudah pakenya dari pada distro besar.
Awal kenal linux jg pake lucid puppy 5.1.1 tapi karena banyak kekurangan (tepatnya saya belum tau cara settingnya & males nyari tau hehe) maka saya pindah ke pclinuxos. Terus karena sering masalah bila listrik mati tiba2 maka saya ganti lagi pake zorin 5.2. Tapi saya nemu masalah juga soal setting modem. Akhirnya sektr 3 bln lalu kembali pk puppy precise. Dan sampe sekarang masih pake soalnya sudah lebih banyak perbaikannya. Semua setting mudah bagi pemula seperti saya.
Buat yg mau nyoba linux dan bingung pilih distro saya sarankan pilih yang ada forum khususnya. Trus jgn males nyari info di forum. Kalo milih distro yg ga ada forum lokal harus siap-siap bahasa inggris minimal pasif. Belajar linux itu asik apalagi kalo udah bisa remaster, pasti ketagihan buat bikin linux sendiri hehehe
Pernah nyoba si puppy beberapa hari hingga akhirnya balik lagi ke ubuntu karena sering macet (nyoba sekitar tahun 2011an sekarang blm nyoba lagi)
Aku sempat pake beberapa saat lalu, tapi kurang memenuhi kebutuhan. Jadinya tetap setia ke Debian … 🙂