Merakit PC dengan AMD Athlon 3000G

Ada yang melatarbelakangi kenapa aku merakit PC AMD Athlon 3000G. Beberapa waktu lalu, persis ketika awal WFH, PC aku bermerek Dell Optiplex 9010 mengalami masalah. PC ini sering mati tiba-tiba. Awalnya cuma berlangsung 1-2 kali sehari, setelah dipakai lama, beberapa jam. Di kemudian hari, menjadi hanya 15-30 menit saja sudah mati sendiri.

Mungkinkah pendingin prosesor bermasalah?

Waktu itu aku berpikir mungkin saja ada masalah dengan sistem pendinginan prosesor, bisa karena kontak heatsink dan prosesor sudah tidak bagus. Umumnya disebabkan thermal paste yang sudah mengering. Namun seingatku kalau prosesor terlalu panas, komputer tidak langsung mati pet tapi ngasi perintah ke OS untuk shutdown. Mengabaikan informasi tersebut, aku bongkar PC itu, lalu aku bersihkan semuanya. Termasuk dengan menambahkan thermal paste baru.

Eh, ternyata sama saja. Tidak berbeda dengan sebelumnya. Setelah 20 menit-an, PC mati lagi. Bahkan ketika aku coba untuk menghidupkan PC, namun hanya masuk ke BIOS saja, PC ini kembali mati. Di BIOS juga tidak terbaca ada masalah dengan suhu prosesor. Prosesornya adem-adem saja, tapi tiba-tiba mati sendiri. Tanpa menunggu waktu lama, aku langsung googling tentang hal ini. Diketahui sebabnya adalah:

  1. Permasalahan pada power supply, atau..
  2. Permasalahan pada motherboard

Aku pikir, mungkin saja yang pertama, mengingat power supply baru aku ganti bulan oktober 2019, dimana itu bukan baru, hanya refurbished. Terpikir untuk beli power supply lagi. Setelah beberapa waktu, aku mengurungkan niat untuk membeli power supply, alasannya adalah adanya kemungkinan nomor 2. Power supply Dell Optiplex 9010 tidak murah. Lha kalau ternyata yang kena motherboard-nya? Rugi dong!

Akhirnya, Rakit PC Baru dengan AMD Athlon 3000G

Sementara PC off, aku bekerja menggunakan PC kantor yang aku bawa pulang. Sembari berpikir, apa yang harus aku lakukan. Akhirnya pada 18 Mei lalu, aku memutuskan untuk merakit komputer baru. Pilihanku jatuh pada AMD karena beberapa hal:

  1. Harga berbanding performanya cukup memadai
  2. Menggunakan teknologi terbaru yang lebih hemat daya
  3. Sudah terbukti tidak panas berlebih

15-10 tahun lalu, ketika ditanya pilihan prosesor untuk PC, aku akan jawab AMD karena AMD terbukti murah. Ya, hanya AMD yang bisa kujangkau dengan keuangan waktu itu. Ketika keuangan membaik, aku banting setir menggunakan Intel. Pada saat itu, Intel memang masih yang terbaik, lebih adem dan performanya bagus. Namun sekarang sudah tidak lagi, dari banyak sisi, prosesor AMD sudah mengalahkan prosesor Intel. Itu fakta yang bisa kita lihat.

Detail Prosesor via aplikasi CPU-Z

Balik lagi ke merakit PC, aku mengambil spesifikasi yang paling minimal, namun masih bisa diupgrade. Spesifikasi yang aku pilih seperti ini:

  • Motherboard Asrock A320M-HDV – Rp. 775.000,-
  • Prosesor AMD Athlon 3000G – Rp. 828.000,-
  • Team Elite DDR4 2666 Mhz RAM 8G (1 keping) – Rp. 610.000,-
  • Armageddon Nimitz TR1100 Gaming Case – Rp. 525.000,-

Hanya itu komponen kunci yang aku beli, selebihnya aku sudah punya seperti SSD V-Gen, monitor, keyboar dan mouse dari PC sebelumnya.

Asrock A320M-HDV

Pemilihan Asrock A320M-HDV lebih pada harga dan penggunaan umum. Aku melihat di banyak marketplace, motherboard ini adalah yang paling laku. Kebetulan harganya juga sangat pas di kantong. Melihat berbagai macam review, motherboard ini tidak jelek. Beberapa rekan yang menggunakan rakitan AMD juga menyarankan motherboard yang sama. Jadi ya akhirnya aku pakai itu saja. Tadinya pilihan kedua adalah ASUS dengan spesifikasi yang hampir mirip, tetapi di toko yang aku tuju tidak tersedia.

Salah satu yang menjadi titik berat aku memilih motherboard ini adalah slot SSD M.2 untuk SSD. Mungkin saja suatu saat aku butuh. Sayangnya memang slot ini masih SATA3, bukan NVMe. Bedanya tentu di transfer speed-nya. SATA3 6 Gbps transfer rate-nya maksimal 600 Mbps saja, meskipun slot ini sudah support Ultra M.2 dengan rate hingga 4 Gbps. Ya namanya harga murah, kok minta NVMe, kebangetan kalau kata orang.

Prosesor AMD Athlon 3000G

Aku yang sudah terpisah dari dunia hardware sejak beberapa tahun lalu, tidak mengetahui perkembangan. Sebelum beberapa bulan lalu duniaku masih berputar-putar dengan “Intel membuat prosesor yang terbaik”, namun ternyata aku salah. Aku lihat di Youtube, ada banyak youtuber teknologi yang membahas tentang prosesor AMD, wabil khusus keluarga AMD Ryzen. Aku tidak percaya begitu saja, ah, bisa jadi gimmick, cuma promosi saja.

Tidak sampai aku mencoba sendiri. Ada seorang teman yang ingin ditemani merakit PC baru. Aku pun berangkat ke sebuah toko di sekitaran UGM Jogja. Disana sudah ada PC rakitan yang bisa dicoba. Setelah aku coba, eh, kok ternyata memang prosesor AMD sekarang beda, ya. Nah, sejak itulah aku tertarik dengan perkembangan AMD. Ternyata memang sudah melesat jauh ke depan dari sisi teknologi dibanding Intel. Di sisi server AMD punya ThreadRipper dan EPYC yang jumlah core-nya tidak main-main.

Awalnya untuk PC ini aku galau, apakah akan menggunakan Ryzen 3 3200G atau Athlon 3000G. Jelas performa Ryzen lebih tinggi daripada Athlon. Bahkan dilihat di Passmark, hampir 2 kali lipat. Namun selisih harganya juga hampir 2 kali lipat. Berhubung budget yang terbatas, aku memutuskan untuk menggunakan Athlon saja. Toh nanti bisa diupgrade dan aku juga tidak memakainya berat.

Team Elite DDR4 2666 Mhz – 8GB

Prinsipku adalah memaksimalkan budget. Kebetulan untuk RAM adalah 650 ribu rupiah. Aku tidak spesifik memilih merek sebetulnya. Kebetulan Team Elite Plus adalah barang yang tersedia, spesifikasi sesuai, dan harganya masih dibawah budget. Aku memang mencari RAM yang terjangkau dengan clock-speed tertinggi. Maka itu dia dapatnya.

Pasti ada yang berpikir, kalau cuma satu keping, kan tidak bisa dual channel? Ya, itu benar. Aku pun berpikir demikian. Tapi melihat harga RAM DDR4 2x4GB 2666 Mhz ada diatas budget, aku jadi berpikir ulang. Targetku adalah RAM 16GB dalam waktu dekat. Sedangkan motherboard Asrock A320M-HDV hanya punya 2 slot. Jadi menggunakan 8 GB satu keping dalah pilihan bijaksana.

Oh ya, saranku untuk Athlon 3000G ini lebih baik RAM-nya 8 GB keatas ya. GPU Radeon Vega bawaan dari prosesor ini menggunakan RAM 2 GB, dan aku tidak menemukan setelan di BIOS yang dapat mengubah alokasi RAM untuk GPU ini. Sehingga kalau RAM kalian hanya 4 GB, hanya akan tersisa 2 GB saja, dengan windows 10 dan browser Chrome, dijamin akan terasa lemot. Jadi RAM 8 GB adalah sebuah pilihan kenyamanan minimal yang bisa kalian peroleh.

Armageddon Nimitz TR1100

Kenapa harus casing gaming seharga 500 ribuan? Bukankah casing biasa seharga 200 ribuan saja sudah cukup? Bagiku bukan masalah harganya, namun masalah ketenangan. Casing murah itu memiliki kelemahan:

  • Plat yang digunakan tipis, seringkali ikut bergetar dengan fan/kipas
  • Posisi power supply diatas, lebih jauh dari pusat gravitasi, sehingga menambah getaran
  • Power supply bawaan memiliki kipas yang kecil, sehingga lebih berisik

Mengenai kenapa harus merek tersebut diatas, sebenarnya hanya kebetulan. Semua karena faktor ketersediaan di toko komputer yang aku pilih. Aku pikir lebih baik membeli dari satu toko, daripada pusing muter-muter, kan. Meskipun muter-muter online saja. Semua perangkat memang aku beli dari toko online, tapi toko fisiknya ada di Jogja. Sehingga ongkir-nya tidak mahal, bisa pakai Grab/Gojek.

Aku ditawari beberapa pilihan casing, namun hampir semuanya tidak memiliki power supply. Hanya Nimitz TR1100 ini saja yang memiliki bundle power supply 235 watt. Untuk aku yang tidak macam-macam, 235 watt sudah lebih dari cukup. Apalagi terkenal bahwa keluarga AMD sekarang sudah tidak boros lagi. Jadilah aku beli casing ini.

Nah, bagaimana performanya?

Mengenai performa, aku tidak membandingkan dengan data, namun hanya dengan feeling saja. Sejauh ini, penggunaan untuk coding lancar-lancar saja. Aku membuka Chrome dengan banyak tab, tidak ada masalah. Menurut pengamatanku, ini lebih cepat daripada komputer lama yang memakai prosesor Intel i3 3220. Memang sih, di Passmark, perbedaan nilainya cukup jauh antara Intel i3 3220 vs AMD Athlon 3000G. Ya namanya saja sudah beda jaman, wajar kali ya.

Demikian proses berpikirku untuk merakit PC AMD Athlon 3000G. Untuk proses merakit tidak perlu aku ceritakan karena seharusnya semua orang bisa melakukannya hanya dengan membaca manualnya saja. Apalagi komputer jaman sekarang sudah sangat sederhana sekali. Tetapi kalau kalian ada pengalaman atau ingin bertanya mengenai teknis merakit PC, silahkan saja komentar di bawah. 🙂

Artikel ini diterbitkan pada

Seorang yang percaya hari akhir dan mencari Tuhan melalui ilmu pengetahuan. Mengerti PHP, Wordpress dan Linux. Namun masih saja menggunakan Windows 10 sebagai sistem operasi utama. Mau tanya apa saja atau bahkan curhat sama penulis ini, hubungi saja melalui formulir kontak disini. Pasti dibalas, kok!

Ada 484 pendapat pembaca

Dibawah ini adalah pendapat yang dikirimkan pembaca atas artikel ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara bebas, anda boleh menulis apa saja asal mampu mempertanggungjawabkannya. Kami menerima kritik dan saran namun tidak menerima caci maki. Hidup cuma sekali, jangan sia-siakan hanya untuk menyakiti hati orang lain.

  1. Darto:

    Aku mau tanya, tapi di klik tombol # disini # yg diatas tidak bisa. Kalo boleh via email. Itu emailku. Atau via mana juga boleh, bs balas ke emailku. Thx

  2. Blog Entertainment Indonesia:

    2019 silam pengen coba rakit PC lagi. Tapi akhirnya enggak jadi setelah apple mengeluarkan M1 yang secara harga dan performa benar2 sulit ditandingi.

Kirim pendapat

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.

Anda harus masuk untuk berpendapat.