Pengajar itu Seharusnya Seperti Angka Nol

Ketika berbicara tentang angka nol, banyak hal yang bisa kita dapatkan. Salah satunya adalah filosofi angka nol jika dikaitkan dengan kehidupan seorang pengajar.

Angka Nol - Zero

Pengajar tidak selalu guru

Kenapa saya gunakan kata pengajar disini adalah tidak lain karena kata guru terlalu sempit ruang lingkupnya. Guru adalah pengajar tetapi pengajar belum tentu guru. Seseorang yang lebih dahulu tahu lalu mengajarkan kepada orang yang belum tahu adalah pengajar. Seorang ayah dan ibu sebenarnya juga pengajar bagi anak-anaknya, bahkan yang paling utama.

Nol bukan apa-apa jika di depan

Bagi saya, angka nol ini adalah angka yang unik. Jika dia diletakkan di depan, seringkali tidak bermakna. Namun jika diletakkan di belakang, bisa memperbesar angka yang di depannya. Selama ini berapa banyak yang menyadari bahwa angka nol begitu penting? Menurut survei mini yang saya lakukan, tidak banyak yang menyadarinya. Mereka hanya melihat angka nol sebagai angka, itu saja, angka yang sama dengan yang lainnya.

Filosofi mengajar dengan angka nol

Seorang pengajar sebaiknya menempatkan diri di belakang. Artinya, seorang pengajar mendukung dan mendorong siapapun yang diajarnya. Biarkan mereka berkreasi dengan imajinasinya. Pengajar hanya memberitahukan apa yang ia tahu saja. Tidak perlu memimpin anak didik untuk menjadi A, B atau C, biarkan saja mereka melakukan apa saja dengan tanggung jawabnya sendiri.

Mengajar sama artinya dengan menunjukkan sesuatu. Apakah anda menunjukkan sesuatu dengan berada di depan orang sambil memunggunginya? Tidak mungkin. Paling umum adalah ada di sampingnya, lalu menunjuk ke arah tertentu supaya yang orangnya tahu. Dapat juga dilakukan dengan kasih sayang, jika yang ditunjukkan lebih muda, yakni dengan menunjukkan lewat bahu orang tersebut. Yang terakhir memposisikan penunjuknya ada di belakang orang yang ingin tahu.

Pada intinya adalah mengajar tidak boleh mendikte. Harus ini, harus itu, dan lain sebagainya. Bagi saya pribadi, tidak ada keharusan dalam mengajar. Misalnya keharusan seorang murid mencontoh pengajarnya. Selama jalan yang ditempuh baik dan hasilnya sama, kenapa tidak boleh berbeda? Bahkan untuk murid yang kampret sekalipun, berbeda itu bukan masalah.

Artikel ini diterbitkan pada

Seorang yang percaya hari akhir dan mencari Tuhan melalui ilmu pengetahuan. Mengerti PHP, Wordpress dan Linux. Namun masih saja menggunakan Windows 10 sebagai sistem operasi utama. Mau tanya apa saja atau bahkan curhat sama penulis ini, hubungi saja melalui formulir kontak disini. Pasti dibalas, kok!

Ada 138 pendapat pembaca

Dibawah ini adalah pendapat yang dikirimkan pembaca atas artikel ini. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara bebas, anda boleh menulis apa saja asal mampu mempertanggungjawabkannya. Kami menerima kritik dan saran namun tidak menerima caci maki. Hidup cuma sekali, jangan sia-siakan hanya untuk menyakiti hati orang lain.

  1. menang BERSAMA:

    Menjadi angka nol dan membuat orang lain hebat.
    Ini seperti pemimpin yang ideal yang tidak mau menyerobot semuanya hanya untuk dia.
    Membiarkan orang lain untuk sukses bahkan untuk sekses lebih dari dirinya sendiri.
    Terimakasih:
    Indonesia Strong From Village

Kirim pendapat

Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.

Anda harus masuk untuk berpendapat.