Social Climber adalah salah satu penyakit sosiologis dan psikologis. Memang agak susah mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia untuk kata yang satu ini. Penjelasan sederhana dari social climber adalah orang yang mencari pengakuan sosial lebih tinggi dari statusnya yang sebenarnya.
Tentu saja kita menyadari bahwa semua orang ingin status sosialnya naik setiap waktu. Namun social climber tidak berusaha meraihnya dengan prestasi dirinya, namun dengan aksesoris yang menempel pada dirinya. Bagi orang sukses, kemewahan, eksistensi dan segala fasilitas yang ada adalah berkah dan hadiah dari kerja keras yang selama ini mereka lakukan.
Orang yang mendapatkan kekayaan dari hasil kerja keras cenderung rendah hati, namun tidak dengan social climber, mereka tidak pernah tahu arti dari sebuah proses. Para social climber adalah orang yang tidak peduli dengan proses. Bagi mereka, semakin cepat sampai ke puncak, itu semakin baik. Tentu saja ini menjadikan mereka sangat mudah dikenali dari gaya hidup mereka. Bagi social climber, kemewahan dan eksistensi adalah sesuatu yang harus ada untuk menambah percaya diri. Fasilitas berbanding lurus dengan kepercayaan diri adalah ciri terbesar dari social climber.
Umumnya status ekonomi social climber tidak begitu bagus, namun mereka memaksakan untuk mendapatkan segala fasilitas mewah supaya disebut keren, gaul dan seabrek pujian semu yang lain. Seperti yang terjadi pada anak muda jaman sekarang, tanpa behel, blackberry dan rambut direbonding, mereka tidak percaya diri. Bawa Samsung Galaxy Pro B7510 pasti bakalan malu.
Pertanyaan yang paling mendasar adalah, apakah menjadi seorang atau memiliki teman social climber berbahaya? Anda bisa menyimpulkan sendiri dari penjelasan diatas. Secara umum social climber menggunakan segala cara untuk menggapai materi. Mulai dari meminta dan mengancam orang tua, memanfaatkan teman atau pacar bahkan melakukan tindakan kriminal.
Social climber adalah salah satu dari akar korupsi yang sekarang mendera bangsa ini. PNS golongan IIIB punya mobil Chrysler, gaji tak ada 40 juta per bulan bisa beli Ferrari Monte Carlo, dan lain-lainnya. Mereka ini adalah orang-orang yang sangat suka diperhatikan, penganut norakisme, lebayisme dan pamerisme.
Jika kita sekarang tahu bahwa itu penyakit, pasti ada obatnya, kan? Tentu saja ada. Obatnya ada dua: BERSYUKUR dan MENINGKATKAN KEMAMPUAN. Bersyukur berguna bagi kita untuk menerima segala hal yang sudah kita capai selama ini dan menjaga diri dari keinginan untuk memiliki sesuatu yang belum menjadi hak kita. Bersyukur bukan berarti pasif menerima saja apa yang ada dengan pasrah, namun tetap berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dengan jalan yang baik.
Lalu yang kedua adalah meningkatkan kemampuan, dimana hal ini luas adanya. Kemampuan itu meliputi cara berpikir dan ketrampilan pribadi. Mulai sekarang, mari kita melakukan evaluasi diri. Ketika kita mulai menggantungkan kepercayaan diri kepada benda-benda yang kita miliki, lebih baik untuk segera mengubah pola pikir sekarang juga, ada bibit-bibit social climber sedang menjangkiti hati dan pikiran kita.
Orang mendapatkan kenaikan status sosial dan pengakuan dari orang lain bukan karena barang yang dia miliki tapi kerja keras yang dia lakukan. Kekaguman orang terhadap suatu benda itu bisa tergantikan, akan tetapi kekaguman orang lain terhadap pribadi seseorang itu akan bertahan selamanya. Bagaimana menurut anda?
Disclaimer: Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan Hanya Lewat. Redaksi berhak menyunting atau menghapus kata-kata yang berbau narsisme, promosi, spam, pelecehan, intimidasi dan kebencian terhadap suatu golongan.
Anda harus masuk untuk berpendapat.